Kanaan Nakhjavani, Penggemar Seafood asal Iran
http://www.persijap.or.id/2013/03/kanaan-nakhjavani-penggemar-seafood.html
Penggemar Seafood yang Mendambakan Aksi Perdana
Perjuangan pemain sepak bola dari mancanegara di klub-klub di Indonesia tidak lah mudah. Sebab, selain harus menguasai teknik dan taktik. Bahasa menjadi persoalan penting. Begitu juga beradaptasi dengan menu makanan di daerah setempat. Berikut kisah salah satu ekspatriat, Kanaan Nakhjavani di Persijap Jepara pada musim kompetisi 2013.
PRIA berkebangsaan Iran itu tetap menjalankan ajaran agama, di tengah kariernya sebagai pesepak bola profesional. Ia berlabuh di Tim Laskar Kalinyamat dan terkesan dengan Kota Ukir yang dalam pandangannya disebut sebagai kota yang memungkinkan untuk relaksasi.
Kanaan Nakhjavani adalah satu dari empat ekspatriat di Persijap yang masih sangat terkendala soal bahasa. Tiga pemain lainnya, Evaldo (Brasil), Victor Ortega (Italia) dan Walter Grizuela (Argentina) sudah bisa berbahasa Indonesia, meski tentu saja Evaldo yang sudah delapan tahun di Jepara paling fasih di antara ketiganya.
Bahkan Evaldo sudah kerap ’’menggoda’’ lawan bicaranya dengan berbahasa Jawa ngoko. Victor sudah beberapa tahun di Bali, sedangkan Walter yang sebelumnya pernah bermain bersama Pelita Jaya, Deltras Sidoarjo dan Persebaya Surabaya sudah cas cis cus berbahasa Indonesia. Kalau pun ada kosakata yang sulit, ia tertolong dengan Bahasa Inggrisnya yang lancar.
Kanaan, yang baru tiga bulan di Indonesia, hanya lancar berbahasa Persia, tidak dengan Bahasa Inggris, Arab, apalagi Indonesia. ’’Bahasa Indonesia? Emmm.., Apa kabar, pulsa, nasi goreng, cumi-cumi, dan terima kasih...,” ujar Kanaan menyebut sedikit kosakata Bahasa Indonesia yang ia ketahui.
Tak heran, Kanaan dalam salah satu kesempatan, sebelum paham, menyebut nasi goreng dengan stamboli. ’’Stamboli ada di Iran. Sangat mirip dengan nasi goreng, tetapi tanpa cabai. Tidak pedas,’’ kata pria asal Kota Teheran itu dengan Bahasa Inggris seadanya.
Selain bahasa, ia juga beradaptasi soal makanan. Di Iran, ia tak begitu sering mengonsumsi nasi. ’’Daging, roti, mi pasta. Tapi saya sekarang sudah terbiasa dengan makanan di Jepara, tapi tetap tidak yang pedas-pedas,’’ kata pemain berusia 30 tahun itu.
Kini ia adalah penggemar seafood, selain nasi goreng, dan makanan-makanan lain yang banyak disajikan di Jepara. Di awal kedatangannya di Jepara, adaptasi soal makanan sempat mengganggu stamina saat latihan, tetapi masalah itu kini teratasi.
Ia juga belum banyak mengunjungi kota di Indonesia, kecuali Jakarta, Semarang, dan Jepara. Walau hanya sebentar karena pertandingan uji coba, ia turut ke Rembang. Kalau perbandingannya Semarang, Jepara kalah jauh soal ramai dan fasilitas, apalagi Teheran dan Jakarta. Tetapi karena tinggal di kota sedang seperti Jepara yang nyaris tanpa ada macet lalu lintas, ia merasa nyaman.
’’Jepara? Saya bisa relaks setelah latihan. Tidak ada macet,’’ kata pemain yang nge-fans dengan mantan gelandang AC Milan, Gennaro Gattuso itu. Belum banyak tempat yang ia kunjungi di Jepara, selain objek wisata pantai dan kawasan kota. Jadwal latihan pagi dan sore, membuatnya lebih banyak di mess pemain dengan berselancar internet. ’’Kalau ada libur, terkadang sebulan sekali jalan-jalan ke Semarang, atau ke Jakarta,’’ kata pemain dengan tinggi 177 cm ini.
Sebagai penganut Islam dengan aliran Syiah sebagaimana dominan di Iran, Kanaan juga tetap menjalani ritual keagamaan, meski ia tidak datang ke masjid dan cukup di kamar. ’’Di sini banyak Sunni. Ada beberapa yang berbeda dalam ritual, tetapi itu tidak masalah buat saya,’’ lanjut dia.
Dalam pandangannya ibadah adalah soal privasi dan keyakinan, meski banyak yang bisa didiskusikan dengan penuh toleransi untuk bisa saling memahami dan menghormati.
Sedih
Kanaan datang ke Jepara saat manajemen Persijap masih dipegang Chaerul Mushonnif. Sampai sekarang ia masih sering berkomunikasi dengan Chaerul. Ketika ada peralihan manajemen yang kini dipegang Mohammad Said Basalamah, Kanaan dan bersama beberapa pemain tetap masih dipertahankan.
Karier Kanaan sebagai pemain profesional dimulai pada 2004 di klub Esteghlal, Iran. Sebelum ke Persijap, ia berturut-turut memperkuat beberapa klub di negaranya, yaitu Damash Team, Moghawemat Sepassi, lalu terakhir pada 2011/2012 bermain bersama Sports Club Damash Gilan Team.
Dalam dua hari ini, ia belum bisa meyembunyikan kesedihannya karena tidak bisa tampil saat Persijap menang 5-0 atas Persija Jakarta dalam laga pertama timnya di kompetisi IPL. Selain dia, pemain yang belum bisa tampil adalah Victor Ortega. ”Tiga bulan saya di Jepara dan terus berlatih untuk pertandingan pertama,” ungkapnya.
General Manager Persijap Mohammad Said Basalamah sudah mengantongi surat clearance yang ditandatangani Sekjen PSSI Halim Mahfudz pada 22 Februari bersama Victor dan dinyatakan bisa tampil di pertandingan resmi IPL. Namun, sehari sebelum bertanding, PT Liga Prima Sportindo selaku operator kompetisi belum membolehkan dua pemain ini tampil karena membutuhkan klarifikasi dari FIFA. Tak disebut materi klarifikasi, tetapi mulai kemarin, manajemen kembali mengurus dan ditargetkan Kanaan bersama Victor bisa menjalani debut bersama Persijap saat melawan tuan rumah Persiraja Banda Aceh pada 3 Maret.
Saat di mess, Kanaan diberitahu dan dihibur rekannya Walter Grizuela bahwa belum bisa bertanding karena terganjal administrasi bisa menimpa pemain. ’’Saya dua kali belum bisa bermain saat awal memperkuat Pelita Jaya karena persoalan administrasi. Saya yakin dia (Kanaan dan Victor) bisa segera bertanding,’’ kata Walter. (Muhammadun Sanomae-71)
Perjuangan pemain sepak bola dari mancanegara di klub-klub di Indonesia tidak lah mudah. Sebab, selain harus menguasai teknik dan taktik. Bahasa menjadi persoalan penting. Begitu juga beradaptasi dengan menu makanan di daerah setempat. Berikut kisah salah satu ekspatriat, Kanaan Nakhjavani di Persijap Jepara pada musim kompetisi 2013.
PRIA berkebangsaan Iran itu tetap menjalankan ajaran agama, di tengah kariernya sebagai pesepak bola profesional. Ia berlabuh di Tim Laskar Kalinyamat dan terkesan dengan Kota Ukir yang dalam pandangannya disebut sebagai kota yang memungkinkan untuk relaksasi.
Kanaan Nakhjavani adalah satu dari empat ekspatriat di Persijap yang masih sangat terkendala soal bahasa. Tiga pemain lainnya, Evaldo (Brasil), Victor Ortega (Italia) dan Walter Grizuela (Argentina) sudah bisa berbahasa Indonesia, meski tentu saja Evaldo yang sudah delapan tahun di Jepara paling fasih di antara ketiganya.
Bahkan Evaldo sudah kerap ’’menggoda’’ lawan bicaranya dengan berbahasa Jawa ngoko. Victor sudah beberapa tahun di Bali, sedangkan Walter yang sebelumnya pernah bermain bersama Pelita Jaya, Deltras Sidoarjo dan Persebaya Surabaya sudah cas cis cus berbahasa Indonesia. Kalau pun ada kosakata yang sulit, ia tertolong dengan Bahasa Inggrisnya yang lancar.
Kanaan, yang baru tiga bulan di Indonesia, hanya lancar berbahasa Persia, tidak dengan Bahasa Inggris, Arab, apalagi Indonesia. ’’Bahasa Indonesia? Emmm.., Apa kabar, pulsa, nasi goreng, cumi-cumi, dan terima kasih...,” ujar Kanaan menyebut sedikit kosakata Bahasa Indonesia yang ia ketahui.
Tak heran, Kanaan dalam salah satu kesempatan, sebelum paham, menyebut nasi goreng dengan stamboli. ’’Stamboli ada di Iran. Sangat mirip dengan nasi goreng, tetapi tanpa cabai. Tidak pedas,’’ kata pria asal Kota Teheran itu dengan Bahasa Inggris seadanya.
Selain bahasa, ia juga beradaptasi soal makanan. Di Iran, ia tak begitu sering mengonsumsi nasi. ’’Daging, roti, mi pasta. Tapi saya sekarang sudah terbiasa dengan makanan di Jepara, tapi tetap tidak yang pedas-pedas,’’ kata pemain berusia 30 tahun itu.
Kini ia adalah penggemar seafood, selain nasi goreng, dan makanan-makanan lain yang banyak disajikan di Jepara. Di awal kedatangannya di Jepara, adaptasi soal makanan sempat mengganggu stamina saat latihan, tetapi masalah itu kini teratasi.
Ia juga belum banyak mengunjungi kota di Indonesia, kecuali Jakarta, Semarang, dan Jepara. Walau hanya sebentar karena pertandingan uji coba, ia turut ke Rembang. Kalau perbandingannya Semarang, Jepara kalah jauh soal ramai dan fasilitas, apalagi Teheran dan Jakarta. Tetapi karena tinggal di kota sedang seperti Jepara yang nyaris tanpa ada macet lalu lintas, ia merasa nyaman.
’’Jepara? Saya bisa relaks setelah latihan. Tidak ada macet,’’ kata pemain yang nge-fans dengan mantan gelandang AC Milan, Gennaro Gattuso itu. Belum banyak tempat yang ia kunjungi di Jepara, selain objek wisata pantai dan kawasan kota. Jadwal latihan pagi dan sore, membuatnya lebih banyak di mess pemain dengan berselancar internet. ’’Kalau ada libur, terkadang sebulan sekali jalan-jalan ke Semarang, atau ke Jakarta,’’ kata pemain dengan tinggi 177 cm ini.
Sebagai penganut Islam dengan aliran Syiah sebagaimana dominan di Iran, Kanaan juga tetap menjalani ritual keagamaan, meski ia tidak datang ke masjid dan cukup di kamar. ’’Di sini banyak Sunni. Ada beberapa yang berbeda dalam ritual, tetapi itu tidak masalah buat saya,’’ lanjut dia.
Dalam pandangannya ibadah adalah soal privasi dan keyakinan, meski banyak yang bisa didiskusikan dengan penuh toleransi untuk bisa saling memahami dan menghormati.
Sedih
Kanaan datang ke Jepara saat manajemen Persijap masih dipegang Chaerul Mushonnif. Sampai sekarang ia masih sering berkomunikasi dengan Chaerul. Ketika ada peralihan manajemen yang kini dipegang Mohammad Said Basalamah, Kanaan dan bersama beberapa pemain tetap masih dipertahankan.
Karier Kanaan sebagai pemain profesional dimulai pada 2004 di klub Esteghlal, Iran. Sebelum ke Persijap, ia berturut-turut memperkuat beberapa klub di negaranya, yaitu Damash Team, Moghawemat Sepassi, lalu terakhir pada 2011/2012 bermain bersama Sports Club Damash Gilan Team.
Dalam dua hari ini, ia belum bisa meyembunyikan kesedihannya karena tidak bisa tampil saat Persijap menang 5-0 atas Persija Jakarta dalam laga pertama timnya di kompetisi IPL. Selain dia, pemain yang belum bisa tampil adalah Victor Ortega. ”Tiga bulan saya di Jepara dan terus berlatih untuk pertandingan pertama,” ungkapnya.
General Manager Persijap Mohammad Said Basalamah sudah mengantongi surat clearance yang ditandatangani Sekjen PSSI Halim Mahfudz pada 22 Februari bersama Victor dan dinyatakan bisa tampil di pertandingan resmi IPL. Namun, sehari sebelum bertanding, PT Liga Prima Sportindo selaku operator kompetisi belum membolehkan dua pemain ini tampil karena membutuhkan klarifikasi dari FIFA. Tak disebut materi klarifikasi, tetapi mulai kemarin, manajemen kembali mengurus dan ditargetkan Kanaan bersama Victor bisa menjalani debut bersama Persijap saat melawan tuan rumah Persiraja Banda Aceh pada 3 Maret.
Saat di mess, Kanaan diberitahu dan dihibur rekannya Walter Grizuela bahwa belum bisa bertanding karena terganjal administrasi bisa menimpa pemain. ’’Saya dua kali belum bisa bermain saat awal memperkuat Pelita Jaya karena persoalan administrasi. Saya yakin dia (Kanaan dan Victor) bisa segera bertanding,’’ kata Walter. (Muhammadun Sanomae-71)
buruan di urus,, sudah di kontrak kok gk bisa di maenkan,, pak Johar gimana nih
BalasHapus