Loading...

Perubahan Format Dinilai Kemunduran

Keputusan PSSI kembali mengubah format kompetisi kasta teratas Liga Indonesia (LI) menjadi dua wilayah merupakan sebuah ironi. Alih-alih memperbaiki kompetisi sebagai semangat profesionalisme yang selama ini mereka dengungkan, perubahan format ini malah dianggap sebagai sebuah kemunduran.
”Jelas ini sebuah kemunduran. Dahulu LI digabung menjadi satu wilayah agar menjadi profesional, kini malah kembali ke dua wilayah,” ujar pengamat sepak bola, Donny Afroni.

Ketika LI yang menggabungkan kompetisi perserikatan dan galatama pertama kali digulirkan tahun 1994/1995, kasta teratas diikuti 34 tim dibagi menjadi dua wilayah. Format yang sama dipertahankan setahun kemudian, namun terdapat pengurangan jumlah peserta menjadi 31 klub.
Tiga musim berturut-turut kemudian, format kompetisi kembali berubah menjadi tiga wilayah, dengan jumlah tim yang selalu berubah. Format tersebut terakhir kali diterapkan tahun 1998/1999 yang dimenangi PSIS Semarang, setelah membenamkan Persebaya lewat gol semata wayang Tugiyo.

Setelah itu, selama tiga musim berturut-turut, kompetisi kembali berubah menjadi dua wilayah. Pada musim 2002/2003, pada era kepemimpinan Agum Gumelar, untuk kali pertama LI digabung menjadi satu wilayah. Salah satu alasannya saat itu mengikuti acuan AFC terkait standar kompetisi profesional.

Format ini berjalan selama dua tahun. Pada musim, 2004/2005 dan tiga musim sesudahnya, format kompetisi berubah kembali menjadi dua wilayah. Menariknya alasan perubahan menjadi dua wilayah itu dilakukan Nurdin Halid yang sedang terusik kasus kriminal.
Perubahan itu dimaksudkan untuk meredam suara kritis klub-klub dengan cara mengakomodasi mereka mengikuti kompetisi kasta teratas. Alasan yang diapungkan Nurdin ketika itu terkait masalah pendanaan.

Pembentukan PT LI pada tahun 2008, sebagai penanggung jawab kompetisi, berujung penggabungan liga menjadi satu wilayah. Ketika itu, CEO PT LI Joko Driyono menuturkan, pihaknya harus tegas mengatur format kompetisi dengan mengacu regulasi AFC yang mewajibkan kompetisi maksimal diikuti 20 tim dengan sistem home and away murni, artinya setiap tim yang mengikuti liga akan saling bertemu dua kali.

Hemat Pendanaan

Perubahan sistem kompetisi musim depan, secara resmi diumumkan Ketua Komite Kompetisi PSSI Sihar Sitorus, kemarin. Pembagian wilayah dilakukan PT Liga Prima Indonesia (LPI) yang menggantikan PT LI.

”Ini untuk menghemat pendanaan klub, apalagi kondisi geografis Indonesia berbeda dengan negara lain,” ujar Sihar.
Alasan yang dikemukakan Sihar persis seperti alasan yang dikemukakan Nurdin ketika mengubah format kompetisi menjadi dua wilayah.
Kritikus sepak bola Ario Yosia menuturkan, bahkan terkait kesamaan alasan tersebut, Nurdin mempunyai alasan yang lebih logis walaupun tetap tidak masuk akal. Ketika menambah jumlah tim dan membagi dalam dua wilayah, Nurdin tetap mengacu kepada peringkat tim-tim yang akan ditambahkan.
Berbeda dari sekarang yang menambah jumlah tim tanpa menghiraukan prestasi tim yang bersangkutan di musim lalu.
”Bahkan Nurdin lebih baik, karena penambahan tim dilakukan sesuai peringkat,” katanya.

Dia mencurigai motif penambahan tim juga bertujuan untuk meredam gejolak atau merangkul tim-tim lainnya, sebagaimana yang juga dilakukan Nurdin ketika itu.
Yosia juga mempertanyakan fakta lapangan terkait kelaikan beberapa tim yang lolos verifikasi apakah benar-benar didukung stadion sebagaimana yang distandarkan. Di antaranya PS Bengkulu, Persipasi, hingga PSCS Cilacap, serta tim-tim lainnya.
Dia menambahkan, yang lebih penting lagi, keputusan PSSI menggelar Liga Profesional Level Satu dengan diikuti 32 tim, jelas-jelas melanggar standar yang diberlakukan AFC. AFC mempunyai aturan kompetisi kasta teratas di suatu negara yang menjadi anggotanya maksimal diikuti 20 tim dengan sistem home and away.
”Ini bagaimana PSSI menjelaskannya,” tandas Yosia.

Terkait hal itu, Sihar Sitorus mengatakan, saat datang ke AFC pihaknya akan memperjuangkan format kompetisi yang dibuat pihaknya. ”Indonesia ini kan sangat luas, dan klub-klub terkendala masalah pendanaan, itu yang akan menjadi alasan kami dalam pertemuan dengan AFC,” tambah Sihar menanggapi kritikan tersebut. (J21,wgm)
Super Liga 7453341908817634761

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Follow Us


History

Official Jersey

Archive