Krisis Finansial, Klub Terancam Dijual
http://www.persijap.or.id/2013/08/krisis-finansial-klub-terancam-dijual.html
Nyawa Persijap tinggal dalam hitungan hari. Finansial klub di Jepara yang turut mewarnai kompetisi sepak bola nasional dalam tiga dasawarsa terakhir itu rontok. Tim berjuluk Laskar Kalinyamat terancam tak bisa berpetualang di kompetisi Indonesia Premier League (IPL) jika dalam beberapa hari ke depan tak mendapatkan dana dari sponsor. Wacana menjual klub ke pihak lain pun kian menguat. General Manager Persijap Mohammad Said Basalamah melontarkan pernyataan terbaru, kemarin.
Dalam keterangan pers resminya, dia menyebut andai kompetisi IPLputaran kedua digelar mulai 4 September (setelah mundur dari jadwal semula 24 Agustus), dan pada saat bersamaan dana dari sponsor tak cair, maka tim dipastikan tak akan bisa menjamu Persiraja Banda Aceh. “Mulai sore ini (kemarin-Red) latihan tim kami liburkan sampai batas waktu yang belum ditentukan. Keputusan kami, jika kompetisi putaran kedua digelar mulai 4 September dan dana sponsor belum cair, terpaksa tim tak bisa bertanding,” terang Mohammad.
Panitia pelaksana pertandingan, kata dia, sama sekali tak ada kas untuk menggelar laga kandang. Dana operasional yang dibutuhkan untuk setiap laga kandang minimal Rp 60 juta. Di sisi lain, manajemen sampai kemarin masih belum bisa membayar gaji pemain selama dua bulan, yaitu Juni dan Juli. Jika ditambah Agustus yang harusnya dibayar pada 5 September dan tak ada uang, maka tunggakan gaji menjadi tiga bulan. Mess pun kemarin mulai ditinggalkan pemain. Mereka yang berjarak dekat memilih pulang.
Saham Klub
Mohammad yang juga Chief Executif Officer (CEO) PT Jepara Raya Multitama berkomunikasi dengan beberapa pihak terkait saham klub. Saat ini, saham Persijap 80 persen sudah dibeli dari PT Bogor Raya dan diatasnamakan Tafrikhan, warga Jepara yang juga ketua umum Persijap.
Adapun yang 20 persen masih atas nama Sutedjo S Sumarto yang dulu merupakan representasi Persijap karena ditunjuk ketua umum yang lama, Ahmad Marzuqi (kini bupati Jepara). Mohammad ingin ada solusi atas pemegang saham 20 persen dalam situasi keuangan seperti ini. “Kami yang pemegang 80 persen saham sudah keluar biaya Rp 4 miliar. Bagaimana dengan yang 20 persen? Kalau memang saham itu dijual, kami siap ambil alih. Tetapi konsekuensinya kalau kami ambil alih, maka sepenuhnya nasib Persijap sebagai klub profesional ada di tangan kami,” kata Mohammad. Ketua Umum Persijap Tafrikhan akan membicarakan masalah saham 20 persen itu ke klub-klub amatir di Jepara yang memberi mandat kepadanya. (H15-73)