Kompetisi 2010-2011 Defisit Rp 2 M
http://www.persijap.or.id/2011/07/kompetisi-2010-2011-defisit-rp-2-m.html
Kompetisi Indonesia Super League (ISL) memang sudah berakhir dan Persijap Jepara mengakhirinya dengan menempati peringkat 14
klasemen. Namun, untuk urusan keuangan masih belum kelar karena Persijap defisit sebesar Rp 2 miliar dalam keikutsertaan kompetisi ISL 2010/2011.
Selain itu, manajemen Laskar Kalinyamat juga dipusingkan dengan sumber pendanaan klub untuk menjalani musim kompetisi 2011/2012.
Sekretaris Tim Persijap Arif Darmawan menjelaskan anggaran tim dalam kompetisi 2010/2011 dari APBD, sponsor, dan tiket mencapai Rp 11 miliar. Tapi, lanjut, Arif dalam pelaksanaanya masih kurang Rp 2 miliar. ”Pengeluarannya sekitar Rp 13 miliar lebih jadi masih ada kekurangan. Dengan kondisi itu, kami hanya memiliki pandangan menutupnya pada perubahan anggaran APBD tahun ini yang biasanya dibahas pada September mendatang,” ujarnya.
Disinggung soal sumber dana yang lain, Arif mengaku masih gelap. Itu karena dana dari donatur dan sponsor masih belum bisa diandalkan. ”Kalau menutup kekurangan anggaran dengan langkah selain perubahan anggaran APBD masih belum bisa. Memang itu yang bisa diharapkan saat ini,” ucapnya.
Dia menambahkan problem finansial yang lebih berat juga membayangi untuk perjalanan kompetisi mendatang. Dengan kondisi itu, gambaran komposisi manajemen baru untuk menagani tim juga masih belum ada karena tak ada kepastian dana. ”Pembubaran tim itu nanti juga otomatis pembubaran manajemen dan saya belum tahu pasti soal waktu pembentukan manajemen yang baru. Itu wilayah ketua umum,” bebernya.
Pengurus PSSI
Dengan kompleksitas masalah keuangan yang dihadapi Persijap, Arif melihat harapan besar tergantung pada pengurus PSSI pusat yang baru untuk melakukan reformasi. Menjalankan kompetisi tanpa aliran APBD. ”Kami tentu sangat berharap pengurus PSSI yang baru ini bisa merealisasikan kompetisi yang tanpa APBD sehingga klub bisa tetap bertahan. Soalnya kami mencari sponsor juga sulit. Sejauh ini sponsor terbesar dari Bank Jateng sekitar Rp 400 juta, sedangkan yang lain masih belum,” urainya.
Hal senada dilontarkan Edy Sujatmiko, wakil general manager Persijap. Dia melihat peran pengurus PSSI pusat yang baru sangat besar untuk mempertahankan klub-klub anggota ISL. Edy berharap ada reformasi di urusan kerja sama sponsor yang lebih transparan sehingga keuntungan yang diraih klub bisa lebih besar. ”Seperti pada siaran langsung itu pembagiannya berdasar paket tidak ra-ting sehingga klub banyak dirugikan,” ungkapnya.
”Selain itu, juga perlu ada pembatasan harga pemain yang semakin mahal. Dengan kondisi sekarang ini, semestinya harga pemain dibatasi," tandasnya.
Terpisah, Wakil Ketua DPRD Jepara, Aris Isnandar mengemukakan, jika memang APBD dilarang untuk pendanaan sepak bola, sebaiknya pengurus Persijap sudah jauh-jauh hari menyiapkan langkah antisipasi.
Dia menjelaskan, opsi yang bisa diambil jika tanpa APBD yakni memaksimalkan potensi pemain dan pelatih lokal. Namun, jika total menggunakan jasa pemain lokal, Laskar Kalinyamat akan kalah bersaing dengan kontestan ISL lainnya.
"Belanja pemain disesuaikan dengan anggaran yang ada. Saya berharap, Persijap tetap siap ada atau tidak ada APBD. Ini tantangan bagi pengurus Persijap," tegasnya
(H75, J4-81)
klasemen. Namun, untuk urusan keuangan masih belum kelar karena Persijap defisit sebesar Rp 2 miliar dalam keikutsertaan kompetisi ISL 2010/2011.
Selain itu, manajemen Laskar Kalinyamat juga dipusingkan dengan sumber pendanaan klub untuk menjalani musim kompetisi 2011/2012.
Sekretaris Tim Persijap Arif Darmawan menjelaskan anggaran tim dalam kompetisi 2010/2011 dari APBD, sponsor, dan tiket mencapai Rp 11 miliar. Tapi, lanjut, Arif dalam pelaksanaanya masih kurang Rp 2 miliar. ”Pengeluarannya sekitar Rp 13 miliar lebih jadi masih ada kekurangan. Dengan kondisi itu, kami hanya memiliki pandangan menutupnya pada perubahan anggaran APBD tahun ini yang biasanya dibahas pada September mendatang,” ujarnya.
Disinggung soal sumber dana yang lain, Arif mengaku masih gelap. Itu karena dana dari donatur dan sponsor masih belum bisa diandalkan. ”Kalau menutup kekurangan anggaran dengan langkah selain perubahan anggaran APBD masih belum bisa. Memang itu yang bisa diharapkan saat ini,” ucapnya.
Dia menambahkan problem finansial yang lebih berat juga membayangi untuk perjalanan kompetisi mendatang. Dengan kondisi itu, gambaran komposisi manajemen baru untuk menagani tim juga masih belum ada karena tak ada kepastian dana. ”Pembubaran tim itu nanti juga otomatis pembubaran manajemen dan saya belum tahu pasti soal waktu pembentukan manajemen yang baru. Itu wilayah ketua umum,” bebernya.
Pengurus PSSI
Dengan kompleksitas masalah keuangan yang dihadapi Persijap, Arif melihat harapan besar tergantung pada pengurus PSSI pusat yang baru untuk melakukan reformasi. Menjalankan kompetisi tanpa aliran APBD. ”Kami tentu sangat berharap pengurus PSSI yang baru ini bisa merealisasikan kompetisi yang tanpa APBD sehingga klub bisa tetap bertahan. Soalnya kami mencari sponsor juga sulit. Sejauh ini sponsor terbesar dari Bank Jateng sekitar Rp 400 juta, sedangkan yang lain masih belum,” urainya.
Hal senada dilontarkan Edy Sujatmiko, wakil general manager Persijap. Dia melihat peran pengurus PSSI pusat yang baru sangat besar untuk mempertahankan klub-klub anggota ISL. Edy berharap ada reformasi di urusan kerja sama sponsor yang lebih transparan sehingga keuntungan yang diraih klub bisa lebih besar. ”Seperti pada siaran langsung itu pembagiannya berdasar paket tidak ra-ting sehingga klub banyak dirugikan,” ungkapnya.
”Selain itu, juga perlu ada pembatasan harga pemain yang semakin mahal. Dengan kondisi sekarang ini, semestinya harga pemain dibatasi," tandasnya.
Terpisah, Wakil Ketua DPRD Jepara, Aris Isnandar mengemukakan, jika memang APBD dilarang untuk pendanaan sepak bola, sebaiknya pengurus Persijap sudah jauh-jauh hari menyiapkan langkah antisipasi.
Dia menjelaskan, opsi yang bisa diambil jika tanpa APBD yakni memaksimalkan potensi pemain dan pelatih lokal. Namun, jika total menggunakan jasa pemain lokal, Laskar Kalinyamat akan kalah bersaing dengan kontestan ISL lainnya.
"Belanja pemain disesuaikan dengan anggaran yang ada. Saya berharap, Persijap tetap siap ada atau tidak ada APBD. Ini tantangan bagi pengurus Persijap," tegasnya
(H75, J4-81)