Loading...

Belum Berani Kontak Pemain

PERSIAPAN Persijap Jepara untuk mengikuti Kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim 2011/2012 serasa masih jauh dari harapan. Dari serangkaian pembicaraan informal yang melibatkan para pemangku kebijakan di klub, yang mengemuka adalah kebuntuan.

Setelah kompetisi berakhir Juni lalu, dan tim dibubarkan, belum ada kemajuan persiapan.

Meski personel manajemen tim 2010/2011 masih dipertahankan, namun perannya masih fokus menuntaskan tanggung jawab musim lalu, di antaranya upaya menutup defisit Rp 1,6 miliar.

Selain itu faktor suksesi di tubuh PSSI, juga memengaruhi mandeknya geliat klub.

’’Kami tidak tahu pastinya, tim ini terus berjalan atau berhenti. Jika ditanya, pencinta Persijap mungkin seratus persen menjawab, tim ini harus terus berkiprah,’’ kata Edy Basuki Wihandono, pemain Persijap seangkatan sang Legenda, almarhum Kamal Djunaidi.

Edy menyatakan, belum ada dalam catatan sejarah Persijap, tidak mengikuti kompetisi, sementara kompetisi berputar aktif. ’’Masa sulit Persijap selalu klasik, datang di awal musim karena sulitnya dana, namun selama ini selalu terjawab karena masih ada sokongan dana APBD. Tanpa ABPD, siapa yang bisa menjawab. Pertanyaan ini belum ada jawabannya sampai sekarang,’’ kata dia yang juga pengurus Pengcab PSSI Jepara, baru-baru ini.

Mandiri Finansial Ketika mengikuti workshop PSSI di Jakarta Rabu lalu, Persijap seakan pulang dengan kepala menunduk. Bagaimana tidak, otoritas sepak bola
Asia, AFC, menyatakan mulai musim ini klub peserta ISL di antaranya harus mandiri finansialnya, tanpa sokongan APBD. Syarat itu tidak merepotkan bila entitas bisnis Persijap berjalan.

Faktanya, roda bisnis klub walau sudah memiliki PT Laskar Kalinyamat, nyaris tak berdaya.

Tim Laskar Kalinyamat membidik pemasukan dari sektor tiket dengan menargetkan Rp 4 miliar.

Tetapi, fakta di lapangan tidak menyentuh angka Rp 3 miliar. Sokongan APBD masih menjadi nyawa Tim Kota Ukir untuk berkompetisi.

Terlebih tim harus menjaminkan dana segar Rp 5 miliar (untuk klub dengan kebutuhan belanja minimal Rp 15 miliar/musim), sebagai ’’agunan’’ klub sehat kantongnya. Di Persijap, jangankan menyetor deposit Rp 5 miliar di awal musim, untuk sekadar berkomunikasi dengan satu atau dua pemain agar bertahan di Gelora Bumi Kartini saja belum berani karena tak ada sepeser pun sebagai jaminan.

Itu mengapa, ketika ada kabar duo penyerang Risky Novriansyah dan Alberto ’’Beto’’ Goncalves meninggalkan Gelora Bumi Kartini menuju Jakabaring (markas Sriwijaya FC), termasuk isu Johan Juansyah dibidik Semen Padang, tak ada reaksi dari manajemen Persijap.

’’Kalau pun ada usulan dana APBD 2011 ini, mungkin alokasinya untuk menutup defisit musim lalu. Jadi, sama sekali belum ada gambaran sumber pembiayaan untuk musim depan,’’ kata Ketua Umum Persijap Ahmad Marzuki, Jumat (5/8). Syarat infrastruktur (stadion), jenjang pembinaan, legal formal semuanya oke untuk Persijap, tetapi menyangkut keuangan semuanya masih meraba. (Muhammadun Sanomae, Budi Cahyono-81)
Super Liga 1781338265529964420

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Follow Us


History

Official Jersey

Archive