Laskar Kalinyamat Rugi Rp600 Juta
http://www.persijap.or.id/2009/11/laskar-kalinyamat-rugi-rp600-juta.html
JEPARA - Persijap Jepara mengklaim menderita kerugian Rp600 juta. Jumlah ini muncul akibat siaran langsung televisi dari tiga pertandingan hometerakhir.
Persijap sudah menjalani lima pertandingan dan empat di antaranya adalah laga kandang. Klub berjuluk Laskar Kalinyamat tersebut sukses meraup pendapatan Rp224 juta pada home pertama versus Pelita Jaya,Rabu (14/10). Status bentrok tersebut tidak disiarkan langsung. Namun, klub mengalami penurunan sampai 82,6% saat menjamu Persitara Jakarta Utara dengan status pertandingan live. Ketua Panpel Persijap Soetedjo mengaku, klub dirugikan dengan program siaran langsung pertandingan. ”Kami mengalami kerugian besar sampai Rp600 juta dari tiga live terakhir.
Kami bisa meraih pendapatan maksimal pada laga pertama karena tidak live. Kami berharap live untuk Persijap dikurangi. Penonton jadi enggan ke stadion dan memilih menonton laga dari rumah. Situasi ini bukan hanya buruk bagi klub, tapi juga pemain. Dukungan bagi mereka banyak berkurang,” katanya kemarin di kantor PT Liga Indonesia. Soetedjo menambahkan, klub terancam gagal memenuhi kuota penjualan tiket sebesar Rp4,5 miliar semusim. Problem menjadi bertambah lantaran subsidi klub dari APBD turun 50% atau Rp5 miliar dari musim sebelumnya.
”Kami memang menderita kerugian ganda. Masalah bertambah karena Persijap masih dijatah enam live. Kondisi klub sejak awal kan sudah sulit. Lalu, bagaimana kami membiayai operasional tim? Kompensasi dari live memang ada, tapi jumlahnya tidak sebanding,”lanjutnya. Klub kabarnya mendapatkan pemasukan Rp30 juta dari penjualan hak siar sore hari. Jumlah tersebut bertambah Rp5 juta bila pertandingan digelar malam hari. Nilai hak siar itu sebenarnya naik dari tahun pertama kompetisi yang hanya mematok harga Rp30 juta per laga untuk waktu malam hari dan Rp20 juta pada sore hari.
Laskar Kalinyamat saat itu meraup pendapatan Rp180 juta dari tujuh live. ”Kalau tidak live, bisa lebih dari itu,”katanya. Laskar Kalinyamat berharap Liga merevisi kebijakannya tersebut, meski beberapa solusi coba ditawarkan. Soetedjo mengatakan, Liga menyarankan agar klub mengoptimalkan pemasukan dari pemasangan aboard. Stadion Gelora Bumi Kartini dinilai masih bisa menampung tujuh eboard.
Sementara itu, CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono menegaskan siap membantu Laskar Kalinyamat. Caranya dengan mencarikan sponsor. ”Dengan begitu, diharapkan Persijap tak terlalu banyak kehilangan pendapatan karena penurunan jumlah penonton,”katanya. (wahyu argia, sindo)
Persijap sudah menjalani lima pertandingan dan empat di antaranya adalah laga kandang. Klub berjuluk Laskar Kalinyamat tersebut sukses meraup pendapatan Rp224 juta pada home pertama versus Pelita Jaya,Rabu (14/10). Status bentrok tersebut tidak disiarkan langsung. Namun, klub mengalami penurunan sampai 82,6% saat menjamu Persitara Jakarta Utara dengan status pertandingan live. Ketua Panpel Persijap Soetedjo mengaku, klub dirugikan dengan program siaran langsung pertandingan. ”Kami mengalami kerugian besar sampai Rp600 juta dari tiga live terakhir.
Kami bisa meraih pendapatan maksimal pada laga pertama karena tidak live. Kami berharap live untuk Persijap dikurangi. Penonton jadi enggan ke stadion dan memilih menonton laga dari rumah. Situasi ini bukan hanya buruk bagi klub, tapi juga pemain. Dukungan bagi mereka banyak berkurang,” katanya kemarin di kantor PT Liga Indonesia. Soetedjo menambahkan, klub terancam gagal memenuhi kuota penjualan tiket sebesar Rp4,5 miliar semusim. Problem menjadi bertambah lantaran subsidi klub dari APBD turun 50% atau Rp5 miliar dari musim sebelumnya.
”Kami memang menderita kerugian ganda. Masalah bertambah karena Persijap masih dijatah enam live. Kondisi klub sejak awal kan sudah sulit. Lalu, bagaimana kami membiayai operasional tim? Kompensasi dari live memang ada, tapi jumlahnya tidak sebanding,”lanjutnya. Klub kabarnya mendapatkan pemasukan Rp30 juta dari penjualan hak siar sore hari. Jumlah tersebut bertambah Rp5 juta bila pertandingan digelar malam hari. Nilai hak siar itu sebenarnya naik dari tahun pertama kompetisi yang hanya mematok harga Rp30 juta per laga untuk waktu malam hari dan Rp20 juta pada sore hari.
Laskar Kalinyamat saat itu meraup pendapatan Rp180 juta dari tujuh live. ”Kalau tidak live, bisa lebih dari itu,”katanya. Laskar Kalinyamat berharap Liga merevisi kebijakannya tersebut, meski beberapa solusi coba ditawarkan. Soetedjo mengatakan, Liga menyarankan agar klub mengoptimalkan pemasukan dari pemasangan aboard. Stadion Gelora Bumi Kartini dinilai masih bisa menampung tujuh eboard.
Sementara itu, CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono menegaskan siap membantu Laskar Kalinyamat. Caranya dengan mencarikan sponsor. ”Dengan begitu, diharapkan Persijap tak terlalu banyak kehilangan pendapatan karena penurunan jumlah penonton,”katanya. (wahyu argia, sindo)